Amalan Terbaik di Bulan Ramadhan dan Tanda Puasa Seseorang Diterima Alloh SWT
29 April 2020 06:27 WIB | dibaca 5997
Zuniati, S.Pd.I - PCA Salam
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل فيدارسه القرآن، فلرسول الله صلى الله عليه وسلم حين يلقاه جبريل أجود بالخير من الريح المرسلة
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang paling (baik) dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat ditemui Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melebihi angin yang berhembus.”
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya ada 2 amalan yang ditambah untuk dikerjakan oleh Rosululloh SAW selama bulan Ramadhan, yaitu ;
1. 🌼 Menambah sedekah
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lebih memperbanyak shodaqoh di bulan Ramadhan menjadi dalil yang sangat jelas bahwa shodaqoh di bulan Ramadhan lebih utama di bandingkan bulan-bulan selainnya.
Adapun wujud shodaqoh bisa bermacam-macam. Bisa berwujud uang, makanan mentah, makanan matang, pakaian dan lain-lain.
Cara memberikan shodaqoh juga ada beberapa jalan, diantaranya saya contohkan melalui LAZIZMu shodaqoh untuk kaum dhuafa, atau bisa diberikan langsung kepada seseorang yang layak untuk mendapatkan shodaqoh kita, seperti fakirmiskin dan anak yatim.
Namun ada juga jenis shodaqoh utama di bulan ramadhan seperti yang dicontohkan para ulama; yaitu berbagi makanan siap santap. Yakni shodaqoh dalam bentuk jamuan makan untuk orang-orang yang berpuasa. Khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan. Untuk jenis ini bisa kita lakukan dengan memberikan sumbangan makanan siap santap kepada panti asuhan atau tetangga yang sekiranya layak untuk kita berikan shodaqoh. Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini.
Allah Subahanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang bershodaqoh dalam bentuk makanan dalam firman-Nya,
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا؛ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)
Allah menyebutkan di antara sifat seseorang yang akan masuk surga adalah gemar memberi makan kepada orang tak mampu.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ؛ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ؛ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ
“Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. Al-Balad: 14-16)
Keutamaan shodaqoh memberi makan ini telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebab masuk surga.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَام
“Wahai manusia! terbarkan salam, berilah makan, shalatlah saat manusia tidur maka kalian akan masuk surga dengan kesejahteraan.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
☘️Sebagian ulama berpendapat, keutamaan ini bisa didapatkan dengan memberi hidangan berbuka walau dengan sesuatu yang sedikit, seperti satu butir kurma, segelas air, atau seteguk susu, dan yang serupa.
Namun hal ini hanyalah kiasan, jangan kemudian kita bersedekah hanya dengan seteguk susu dan sebutir kurma. Logikanya yang seteguk saja bisa menjadikan bertambahnya pahala apalagi jika bersedekah dalam jumlah lebih.
☘️Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa keutamaan ini didapatkan dengan memberi makan berbuka puasa sampai mengenyangkan orang yang berpuasa. Karena dengan kenyangnya tersebut, ia bisa kuat menjalankan ibadah di malam itu.
Hayo, siapa yang ingin dicintai Alloh? Siapa yang ingin ittiba' Rosululloh SAW ? Siapa yang ingin masuk surga dengan sejahtera? Yuk, tanamkan satu sifat ke dalam diri kita yaitu sifat gemar bersedekah.
Untuk itu monggo ditambah lagi shodaqohnya, terlebih di bulan ramadhan ini.
2. 🌼 Memperbanyak membaca AlQur'an
Allah ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”(QS. Al Baqarah: 185)
Pada bulan yang mulia ini juga, Malaikat Jibril diutus secara khusus oleh Allah Ta’ala untuk mengulang bacaan Al-Qur’an Nabi SAW secara utuh. Abu Hurairah radhiallahu anhu, dalam salah satu riwayatnya mengatakan:
أَنَّ جِبْرِيْلَ كَانَ يُعْرِضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعرضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فِيْهِ
“Sesungguhnya Jibril mengulang kembali Al-Quran kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sekali dalam setahun. Pada tahun wafatnya beliau, Dia mengulangnya dua kali.” (HR. Bukhari, no. 4614)
Hadits tentang keutamaan membaca Al-Qur’an yang cukup familiar adalah hadits riwayat Abdullah Ibnu Mas‘ud yang menyatakan, setiap huruf yang dibaca akan diberi balasan satu kebaikan. Setiap kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh, sebagaimana berikut ini.
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya: Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
*Mari di bulan ramadhan yang segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya, kita lipatkangandakan juga amalan kita membaca AlQur'an. Yang biasanya sehari 1 juz, mari kita tambah menjadi sehari 2 juz, 3 juz dst. Alangkah lebih baik lagi jika tidak hanya untuk diri kita, tetapi juga kepada anak, cucu, pasangan, saudara, teman dsb kita ajak untuk menambah satu amalan lagi, amalan yang sangat mulia yaitu amalan membaca AlQur'an. Terlebih bagus lagi jika dibaca terjemahannya, dikaji makna yang terkandung di dalamnya kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. 🌼 Sholat Tarawih
Ada 1 hadits mengenai shalat lail di bulan ramadhan yang redaksinya sama dengan hadits mengenai puasa di bulan ramadhan.
🌻Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang shiyam Ramadhan karena iman dan berharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Adakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan, adakah yang belum pernah melakukan perbuatan dosa?
Tentunya kita memiliki dosa yang begitu banyak, namun ketika bulan ramadhan tiba dan jika kita melakukan shiyam ramadhan karena iman dan ibadah shiyam itu kita koreksi apa kurangnya kemudian kita perbaiki maka dosa kita akan diampuni di hari itu.
Puasa (ini) di siang hari, perintah selanjutnya dalam potongan ayat QS. AlBaqarah : 187
ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ
" ...Kemudian sempurnakanlah puasa sampai datang pembuka malam (waktu maghrib).."
Di malam harinya kita qiyam. Disyariatkan kita untuk shalat tarawih.
🌻Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang qiyam Ramadhan karena iman dan berharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Barangsiapa yang qiyam di bulan ramadhan dengan tenang, dengan nikmat sehingga ada sentuhan ke jiwa atau ruh (ruh adalah bahasa Arab, terdapat dalam QS. Al Isra' : 17), jika kita mendapat sesuatu yang berdampak kepada ruh kita (dalam hal ini shalat) merasa nikmat, merasa enak, merasakan tenang itu disebut tarwikhatun.
Kita mengerjakan shalat kemudian ada getaran-getaran nikmat dan tenang, kemudian beristirahat sebentar kemudian dilanjut lagi shalatnya, dan jika shalat ini dilakukan berkali-kali namanya tarawih.
Nah, di bulan ramadhan ada amalan sunnah namanya shalat tarawih.
Jadi tarawih itu sebenarnya sifatnya (dari shalat berkali-kali itu), ada dampak tenang, nikmat di jiwa/ruh. Dan jika setelah kita mendapatkan ketenangan jiwa kemudian di dalam shalat itu kita bertaubat maka kita akan mendapatkan ampunan.
*Semoga kita bisa melakukan shalat tarawih tidak sekedar pada penamaan dan tidak tergesa-gesa dalam melakukannya. Maka dari itu mari kita berlatih melakukan ibadah shalat tarawih sampai bisa mencapai sifat shalat tarawih yaitu shalat yang memberikan dampak pada ketenangan jiwa/ruh dan dengan itu kita bisa instropeksi, bertaubat sehingga dosa-dosa diampuni.
4. 🌼 Bertaubat, perbanyak doa
Dalam rangkaian ayat-ayat Al Qur'an tentang puasa yaitu QS. AlBaqarah 183-187, di dalam ayat 186 Alloh berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku…
[07:59, 4/28/2020] B Endar: TAK PULANG BUKAN KARENA TAK SAYANG
05 Ramadhan 1441H
Disusun Oleh :
Marsiyatun,S.Pd
Perwakilan Cabang Ngluwar
Ramadhan tahun ini akan sangat berbeda dengan Ramadhan ditahun-tahun sebelumnya. Karena Ramadhan tahun ini dilalui dalam suasana musibah pandemi yang dialami oleh seluruh negara didunia.
Walaupun demikian kedatangan bulan Ramadhan tetap dinantikan oleh seluruh umat islam diseluruh dunia, karena keutamaan bulan Ramadhan yang sangat istimewa dibandingkan bulan lain selain bulan Ramadhan.
Saat ini masyarakat sedang dihadapkan dengan masalah yang sangat komplek. Dalam situasi saat ini dibulan Ramadhan kita tidak akan bisa terlepas dalam hal rutinitas budaya masyarakat dibulan Ramadhon dan lebaran yaitu budaya pulang kampung atau mudik yang setiap tahun dilakukan oleh masyarakat kita. Karena momen mudik ini akan berasa berbeda jika dilakukan dibulan lain selain Ramadhan dan bulan Syawal.
Keluarga dikampung akan sangat menantikan kedatangan sanak saudara yang pulang dari perantauan entah itu dari Jabodetabek atau daerah luar Jawa.
Namun saat ini budaya pulang kampung atau mudik tersebut menjadi larangan untuk dilaksanakan oleh masyarakat.hal ini sudah disampaikan oleh Pemerintah RI. untuk mencegah penyebaran virus Covid- 19...para pemudik umumnya berasal dari daerah zona merah penyebaran virus Covid- 19..maka dari itu pemerintah dengan tegas melarang semua masyarakat untuk tidak pulang mudik dimusim lebaran ini.
Pada hakekatnya silaturahmi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun masyarakat kita sudah terbiasa dengan adat budaya mudik. Walaupun tidak selalu mudik itu menyenangkan, bisa kita lihat dimusim mudik jalan menjadi sangat macet dan banyak juga terjadi kecelakaan yang kadang bisa merenggut nyawa, banyak juga para pemudik yang mengalami tindak kejahatan ketika berada dijalan..
Mari sedikit kita cermati apa yang disebut dengan silaturahmi dalam pandangan Islam. Yang kami kutip dari artikel tentang keutamaan silaturahmi dari Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.
Bahasan berikut akan mengangkat perihal keutamaan silaturahmi. Lalu akan ditambahkan dengan pemahaman yang selama ini keliru tentang makna ‘silaturahmi’. Karena salah kaprah, akhirnya jadi salah paham dengan hadits yang menyatakan bahwa silaturahmi akan memperpanjang umur. Lebih baik kita simak saja ulasan singkat berikut. Moga bermanfaat.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahmi dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim no. 2558)
Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Memang terjadi salah kaprah mengenai istilah silaturahmi di tengah-tengah kita sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits-hadits di atas. Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahmi akan memperpanjang umur adalah untuk maksud berkunjung kepada orang tua dan kerabat. Ibnu Hajar dalam Al Fath menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.” Itulah makna yang tepat.
Dari artikel diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa silaturahmi tidak harus dilakukan dengan berbondong-bondong pulang kampung atau mudik namun bisa kita lakukan dengan memanfaatkan tekhnologi yaitu bisa dilakukan dengan menelfon atau video call dengan keluarga dirumah.
Semoga dengan adanya musibah ini kita bisa mengambil hikmah yang baik, dan kita selalu diberikan kesehatan ,keikhlasan dan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan ini.
Teruntuk yang tidak bisa pulang/mudik ku doakan semoga selalu sehat disana. Kami tahu engkau tidak pulang bukan karena tak sayang dengan kami, tetapi justru engkau menginginkan kebaikan untuk kami semua dirumah. Semoga Allah mempertemukan kita lagi dalam keadaan sehat tanpa covid diantara kita .Aamiin
Wallahu waliyyut taufiq.
Dikutip dari:
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.a
Www.Rumaysho.com
LPPA Kab. Magelang