Muhasabah Qur'aniyyah, Maksimalkan Diri Untuk Nilai Tertinggi
01 Mei 2020 09:51 WIB | dibaca 463
MENGHARIANI ALQUR’AN Maksimalkan Diri Untuk Nilai Tertinggi
Kajian Ramadhan hari ke 8 dari PCA Kajoran
Pengantar
Taqwa tidak akan pernah bisa dipisahkan dari Alqur’an. Mustahil orang mengaku Taqwa jika tidak memedomani Alqur’an untuk hidupnya. Apakah iu berat? Jawabnya pasti tidak. Sebab Allah sudah mengukur kapasitas manusia (sebagai makhluk ciptaan-Nya) yang disesuaikan dengan modul atau manualnya yaitu yang berupa Kitab Suci Alqur’an. Ukurannya sudah Allah paskan dengan Alqur’an.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rūm, 30: 30).
Mau dan berani mengepaskan diri dengan maksud tujuan Allah (sesuai dengan ‘Manual’ yang dibuat-Nya) itu keren. Sebab jaminannya adalah keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemenangan dunia dan akhirat. (Sementara tidak akan satu pun aturan atau undang-undang atau cara hidup yang dibuat manusia mana pun yang bisa menjelaskan dan menjamin diraihnya kebahagiaan abadi di akhirat). Hanya Allah Sendiri yang bisa membuat ‘produk’ dan ‘manualnya’ sekaligus, kemudian diselaraskan dengan maslahat penciptaan langit, bumi, dan segala isinya.
Yang ada hanyalah orang mau atau tidak mau. Bukan bisa atau tidak bisa. Sebab Allah sudah merancang manusia selaras dengan Alqur’an-Nya, seperti mesin diesel dengan ‘sistematika’ solar dan ikan dengan ‘hukum-hukum’ yang terkandung di dalam air. Ikan akan mati terkapar di darat. Tapi manusia tidak akan tahan hidup di lingkungan ikan.
Kalau manusia mau hidup bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat, pedomannya hanya ada satu, yaitu Hidayah Alqur’an.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ
”Inilah Kitab (Alqur’an) yang tidak ada keraguan (sedikit pun) di dalamnya, (yang berfungsi) sebagai hidayah (petunjuk) bagi orang-orang Taqwa.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 2).
قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
”Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 38).
Sikap Muttaqin Pada Alqur’an
1. Belajar Membacanya
Allah sudah berjanji dan menggaransi kemudahan bagi siapa pun untuk mempelajari Alqur’an.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
”Dan sungguh telah Kami mudahkan Alquran untuk dipelajari, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar, 54: 17, 22, 32, 40).
Tidak soal jika ada kesulitan pada saat mulai mempelajarinya disebabkan oleh faktor kesempatan, kesehatan, atau usia. Sesulit apa pun dalam mempelajarinya, Rasulullah sudah menjaminkan kebaikan (dan keberkahan) baginya.
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ اثْنَانِ ..
”Orang yang mahir dengan Alqur’an (akan hidup) bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi berbakti. Ada pun yang membacanya dengan terbata-bata di dalamnya, sedang dia merasa sangat kesukaran padanya, baginya dua pahala.” (Sunan Abu Dawud, 4/698, no. 3.779; Musnad Ahmad, 41/206, no. 24.667, dari ibu Aisyah r.a.).
Maka belajar Alqur’an itu tidak ada yang akan hilang, nothing to loose, dan pasti menghasilkan, sedikit atau banyak. Setidaknya orang yang belajar Alqur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) di hari kiamat (yang boleh jadi hisabnya akan diringankan, jika seharusnya di neraka akan diangkat ke Surga). In syaa Allah.
اَلصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيْهِ، وَيَقُوْلُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيْهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Alqur’an akan memberi syafaat bagi (para) hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Wahai Rabb, aku telah melarangnya makan dan (melakukan) syahwatnya pada siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya, dan Alqur’an berkata: “Aku telah melarangnya tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya!” Rasulullah SAW bersabda: “Maka keduanya diberikan izin memberikan syafaat kepadanya.” (Musnad Ahmad, 11/199, no. 6.626, dari Abdullah bin ‘Amr r.a).
2. Mengkaji Kandungannya
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ ..
“Barang siapa meringankan seseorang Mukmin dari satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, Allah meringankan dirinya dari satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa memudahkan seseorang yang kesulitan, Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutup (aib) seseorang Muslim, Allah menutup (aib)nya di dunia dan akhirat, dan Allah selalu menolong seseorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barang siapa berjalan di atas jalan, yang di jalan itu dia berusaha memperoleh ilmu,Allah memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan tidaklah sesuatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah Allah (di mana) mereka membaca Kitab Allah, mengkajinya di antara sesama mereka, kecuali turunlah ke atas mereka ketenteraman, rahmat meliputi mereka, malaikat menjaga mereka, dan Allah menyebut (membanggakan) mereka kepada para makhluk yang berada di sisi-Nya. Dan barang siapa pekerjaannya berlambat-lambat, tidak akan dipercepat dengan keberlambat-lambatannya itu nisbat (kebaikan)nya.” (Shahih Muslim, 4/2074, no. 2699, dari Abu Hurairah r.a.).
Balasan bagi orang-orang yang selalu mengkaji Alqur’an:
1. Diturunkan kepada mereka ketenteraman hati.
2. Akan selalu dilingkupi oleh rahmat (kasih sayang) Allah.
3. Malaikat menjaga mereka dalam hidup keseharian.
4. Dibanggabanggakan Allah di hadapan sekalian makhluk yang berada di sisi-Nya (para malaikat).
Bahkan jaminan Rasulullah SAW yang sedemikian dihubungkan dan dijadikan satu paket dengan beberapa hal penting (yang pasti saling berkait antara satu sama lainnya), yaitu:
1. Amalan mulia untuk saling membantu dan menolong antar sesama Mukmin.
2. Amalan mulia untuk memudahkan kesukaran orang lain.
3. Amalan mulia (yang biasanya ini cukup berat) untuk menutup aib sesaudara Muslim.
4. Jaminan Allah untuk selalu menolong para penolong.
5. Jaminan Allah untuk memuluskan jalan ke Surga bagi para pencari ilmu agama.
6. Kepastian rumus Allah bahwa siapa saja yang kerja dan kinerjanya slow motion, slow response, slow services atau lambat dalam segala halnya, maka brand, branding, atau citranya akan buruk dan jatuh, atau setidaknya akan lambat juga naiknya.
Kalau dari poin pertama (1) sampai enam (6) di atas disimpulkan, ‘benang merahnya’ bisa mengatakan:
”Untuk bisa mencapai ‘happy ending’ atau akhir yang baik dari sesuatu amal usaha, diperlukan jalinan banyak orang atau bisa dikatakan ‘network’, jaringan kerja (Mukmin-Muslim yang saling menolong dan menutupi aib masing-masing). Namun demikian juga diperlukan pendampingan dan bantuan para malaikat. Lalu untuk itu semua, pusat ikhtiarnya adalah mengharikan Alqur’an dan mengqur’ankan hari-hari dalam setiap keseharian kita dalam proses membelajari dan mengkajinya selalu.”
Ada pun praktiknya, setiap kita harus berani untuk mengalokasikan waktu untuk Alqur’an di setiap hari kita. Setengah jam? Satu jam? Dua jam? Atau hanya 10 menit? Tergantung kepada kita sendiri-sendiri mau seberapa intens para malaikat mendampingi dan membersamai kita dalam setiap amal ikhtiar yang kita upayakan. ”Ittaqullaaha mas-tatha’tum!” (kita bertaqwa sedapat yang kita bisa, semaksimal mungkin, seoptimal mungkin).
Terlebih Rasulullah SAW sudah memberi jaminan sebagai ‘Umat Terbaik’ kepada yang terus belajar dan mengajarkan Alqur’an.
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
”Yang terbaik di antara kalian (umatku) adalah yang mempelajari Alqur’an dan mengajarkannya.” (Shahih Bukhari, 6/192, no. 5027, dari ‘Utsman bin Affan r.a.).
Kepada merekalah, in syaa Allah Alqur’an akan memberi syafaat pertolongannya di saat yang paling sulit dan menakutkan, yaitu hari kiamat nanti.
3. Mengamalkan Petunjuknya
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْرًا
”Sungguh Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al-Israa’, 17: 9).
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
”Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Q.S. At-Taubah, 9: 105).
LPPA Kab. Magelang