Oleh : Anita Diyah Sitawati,S.Pd.I
(Staf Guru SMK Muh. Salaman, Anggota LPP Aisiyah PDA Kabupaten Magelang)
Assalamu'alaikum. Wr.Wb.
Disadari atau tidak, Bulan Ramadhan telah menjadikan seorang muslim memiliki pribadi yang berkualitas yang berujung pada meningkatnya spirit pengabdian dan beribadah kepada Alloh SWT, mulai dari sholat, puasa, infaq, shodaqoh, membaca Al Qur’an dan lain lain.
Begitu masuk Bulan Romadlon seorang muslim mulai sholat berjamaah di masjid. Shaf sholat maghrib yang biasanya hanya sebaris dua baris, begitu masuk bulan Ramadlan shaf shalat rawatib menjadi penuh satu masjid. Sholat sunatpun tidak ketinggalan. Sebelum Bulan Ramadlan kadang kadang masih malas melaksanakan sholat sunat, begitu masuk Bulan Ramadlan, sholat sunat rawatib, sholat tahajud, sholat Dhuha terasa entheng dilakukan.
Sebelum Ramadlan mencari infaq untuk pembangunan terasa sulit, begitu masuk Bulan Ramadlan, dana infaq bertebaran di mana-mana, shadaqah dapat ditemukan dimana-mana. Bahkan sebagian masyarakat menunggu momen Ramadhan untuk berinfaq dan bershadaqah.
Kuaitas menahan marah juga menjadi sangat terkontrol. Banyak orang ketika marah meudian mengatakan saya sedang berpuasa. Artinya, kualitas penataan diri menjadi punya prioritas pada Bulan Ramadhan.
Hal yang tidak ketinggalan adalah lantunan bacaan Al Qur’an. Terasa mudah untuk melaksanakan one day one juzz. Hampir setiap muslim berlomba untuk memperbanyak bacaan Al Qur’an, mulai sendiri-sendiri di rumah, maupun bersama-sama tadarus di masjid.
Disinilah, maka selama Bulan Ramadlan, nuansa ibadah di dalam diri seorang muslim sangat tinggi. Namun demikian, ketika malam tanggal 1 Syawal (malam takbiran), berapa banyak muslim yang malam itu tetap bangun dan melaksanakan tahajud. Berapa banyak yang paginya tetap pergi ke masjid untuk tetap sholat fajar dan shubuh berjamaah.
Apa sebenarnya yang terjadi ?. Orangnya masih sama, waktunya masih sama, perintahnya masih sama. Hanya karena beda hari dan beda bulan, kualitas seorang muslim dalam mengabdi dan beribadah kepada Alloh SWT menjadi beda. Rasa malas terkadang menghinggap di hati dan jiwa kita. Jangankan menjalankan ibadah sunah, melaksanakan ibadah yang wajib diperintahkan Allah swt terasa berat sehingga yang terjadi, banyak waktu tersia-siakan waktu dan hilang begitu saja.
Jawabnya adalah karena niat (baca: motivasi). Pada Bulan Ramadhan, motivasi pengabdian dan ibadah seorang hamba menjadi sangat tinggi. Inilah yang perlu dipertahan pada bulan-bulan berikutnya sehingga seorang muslim tetap istiqomah dengan kualitas ibadah yang paripurna.
Patut direnungkan perkataan Imam Ali ra, yaitu: ”Kadang hati itu merespon perbuatan baik dan menolak perbuatan baik. Kadang begitu bersemangat untuk melakukan ibadah dan kadang malas.” Jika hal ini benar-benar terjadi pada diri seorang muslim, maka diibaratkan tidak ada bedanya dengan orang yang telah memintal benang dengan kuat setelah itu di uraikan kembali.
Sangat disayangkan jika pribadi muslim mendapatkan kondisi seperti itu. Tentu saja berkah,pertolongan dan rahmat Allah swt akan pergi meninggalkannya. Agar tidak termasuk kaum yang merugi, ada baiknya pesan Imam Ali ra perlu dihayati, bahwa jika kondisi hati ini sedang merespon yang baik, maka bawalah hati itu melakukan ibadah sunnah sebanyak-banyaknya. Dan sebaliknya apabila hati itu sedang malas dan menolak kebaikan maka lakukanlah ibadah minimal yang wajib.”
Oleh karena itu instrospeksi diri (baca: muhasabah) perlu dilakukan untuk melihat bagaimana kualitas ibadah kepada Alloh SWT yang selama ini dilakukan. Hasil dari instrospeksi itu akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas untuk selalu istiqomah dalam beribadah.
Beberapa tips kayaknya layak dipertimbangkan agar semangat beribadah tetap menjadi pioritas bagi seorang muslim, salah satunya menghadirkan kesadaran abadi akan adanya kehidupan akhirat. Selain itu juga kemampuan menahan amarah juga diperlukan. Rasulullah saw memberikan cara mengelola amarah, yaitu: membaca ta’awuzd atau jika tetap terasa ingin marah, maka dianjurkan mengambil air wudhu.
عَنْ جَدِّي عَطِيَّةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Artinya : Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu
Mudah memaafkan orang lain juga erupakan resep menjadikan seorang muslim memiliki pribadi yang baik. Pernah dikisahkan Hasan Al Bisri yang mempunyai tetangga non-muslim. Sang tetangga memiliki kamar mandi di atas rumahnya dan bocor sehingga air merembes masuk ke dalam rumah Hasan Al Bisri.Setiap hari beliau selalu menadahi air bocoran dengan ember. Suatu ketika beliau sakit parah dan sang tetangga-pun menjenguknya. Diapun bertanya air dari manakah ini? Hasan Al Bisri pun mencoba mengalihkan pembicaraannya. Tetapi sang tetangga terus bertanya; air dari manakah ini yang Anda tampung? Akhirnya Hasan Al Bisri menjawab, bahwa air itu adalah air rembesan dari kamar mandi Anda.Berapa lama Anda menampungnya? 18 tahun. Betapa terkejutnya sang tetangga itu. Sang tetangga menjadi takjub akan sifat pemaaf Hasan Al Bisri, kemudian sang tetangga langsung masuk Islam.
Berinteraksi dengan orang-orang saleh juga merupakan bagian dari resep untuk menjadi ptibadi berkualitas. Tidak dipungkiri bahwa orang saleh adalah magnet kebaikan dan menjadi rujukan riel dalam kehidupan sehari hari untuk beramal sholih. Selain itu juga senantiasa mengingat bahwa Alloh akan mencatat semua amalan manusia meskipun sangat kecil (Surat Zalzalah 7-8).
Semoga di bulan Syawal ini ini, kita bisa memulai menjaga semangat ibadah untuk 11 bulan pasca Ramadhan. Mari kita bermuhasabah meningkatkan amal solih semoga Allah senantiasa memberikan Hidayah. Wallohu A’lam Bisshowab.
Wassalamu'alaikum. Wr.Wb